KEBERSIHAN DI LINGKUNGAN SEKOLAH SIT AL-ITQON
Oleh Naifah Khairunnisa
Kebersihan merupakan topik yang tidak asing lagi untuk diperbincangkan. Di dalam lingkungan, kebersihan adalah hal yang paling utama serta unggul dalam penilaian. Salah satu contohnya adalah di lembaga sekolah. Berbicara tentang kebersihan, pasti identik dengan yang namanya sampah. Sebenarnya, konsep alam tidak ada yang namanya sampah, hanya ada material yang dihasilkan setelah dan selama proses alam itu berlangsung. Saat ini berbagai permasalahan yang terkait dengan sampah tidak dapat diselesaikan secara menyeluruh salah satunya terjadi di sekolahku. Siswa/i masih ada saja yang sering membuang sampah sambarangan, meskipun sudah banyak upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah/tim fasilitator untuk menanggulangi sampah yang berserakan, seperti menyediakan tempat sampah.
Menghadapi permasalahan ini, pihak sekolah mengadakan program kurassaki (kurangi sampah sekolah kita) yang mewajibkan semua siswa membawa tempat makan dan minum untuk mengurangi penumpukan sampah. Jika tidak menaati peraturan akan dikenakan sanksi yang sudah disepakati bersama. Bukan hanya itu, pihak sekolah juga menyosialisasikan program ini di kegiatan-kegiatan sekolah. Program ini telah dilaksanakan sejak satu tahun yang lalu dan program ini efektif di bulan pertama dan kedua.Semoga program ini bisa berlajalan dengan baik sehingga dapat membuat sekolah menjadi bebas dari sampah.
SEKOLAH YANG MENARIK
Imam Gustiaji
(7 Jendral Sudirman)
Sekolah Al Itqon adalah sekolah yang menarik karena guru-gurunya sangat baik dan cara pengajarannya pun menyenangkan. Selain itu, pelajaran pun menarik karena mengajarkan tentang kisah perjuangan Nabi Muhammad Saw. Contoh pelajarannya adalah SKI. Karyawan di sekolah AL-ITQON juga sangat perhatian terhadap kebersihan sekolah dan oleh sebab itu, kita sebagai warga sekolah harus membantu karyawan di sekolah, salah satu cara nya dengan tidak membuang sampah sembarangan. Pengalamam menarik yang saya dapatkan selama sekolah di AL-ITQON, yaitumendapatkan teman teman baru yang baik dan suka membantu,ilmu baru yang diajarkan oleh guru guru,melatih kita untuk jadi disiplin dan bertanggung jawab,dan melatih kita sebagai seorang pemimpin, dan lainnya.
Raffy Khoiruddin Nugroho
(7 Jendral Sudirman)
SMPIT Al-Itqon adalah salah satu sekolah Islam terbaik di balaraja. Fasilitas yang ada disekolah terbilang lengkap.Kegiatan belajar bervariasi. Guru dan tim fasilitator baik. Selama saya belajar di sekolah dan di asrama SMPIT Al Itqon banyak ilmu yang saya dapatkan. Saya bisa belajar kitab kuning/almualim yang mungkin tidak ada di sekolah negeri.
Dery Muhammad Daffa
(7 KH. Ahmad Dahlan)
Di sekolah Al itqon dapat menjaga kebersihan, gurunya baik baik, setiap ada bencana sekolah Al itqon dapat membantu/menolongnya , temannya juga baik baik. Belajar bersama teman teman, saling membantu ketika teman belum paham atau tidak tahu pelajaran tersebut adalah pengamalan yang berkesan untuk saya!
Riki Agil Saputra
(7 KH. Ahmad Dahlan)
Sekolah Al itqon adalah sekolah yang bagus karena terdapat ilmu agama yang dapat membentengi diri,terdapat kantin yang bersih,sekolahnya bagus, dan tidak ada yang namanya pergaulan bebas. Kelasnya pun terpisah antara laki-laki dan perempuan.
TITIK SADAR
Karya Nabila Syahla Mediyanto
(8 Buya Hamka)
Pagi ini terasa berbeda dari sebelumnya, jalanan Ibu Kota lengang dari biasanya. Semua orang diselimuti kekhawatiran. Ya, bumi sedang bersedih karena wabah sedang menelik manusia tanpa pandang bulu. Berita wabah ini sudah tersebar di seluruh penjuru dunia. Sebagian panik sehingga mereka berdiam diri di rumah dan sebagian memilih untuk tetap bekerja di luar rumah karena tuntuan hidup meski takut.
“Ah, buat apa takut. Cuma hal biasa.” Tuturnya. Allesa anak tunggal dari keluarga kalangan atas tidak merasakan ketakutan.Baginya, hidup tidak perlu ada yang ditakuti karena semua sudah dimilikinya. Allesa hidup dengan segala harta yang diberikan oleh kedua orangtuanya. Ia sekarang sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik jelita dan pintar. Sayangnya, sikap serta sifat sangat egois, cuek serta tidak peduli terhadap sekitar.
Esoknya, kotajustru menjadi lebih sepi dan senyap karena pemerintah sudah melarang masyarakat untuk keluar rumah karena wabah ini. Sayangnya, Allesa tidak menghiraukan himbauan tersebut dan tetap pergi keluar rumah. Ibunya bekerja di sebuah perusahaan, sedangkan ayahnya harus tetap bekerja di rumah sakit untuk menjadi garda terdepan karena ia seorang dokter. Namun, Allesa sama sekali tidak sedih justru senang. Jika kedua orang tuanya pergi, ia tak perlu pusing untuk menaati aturan berdiam diri dirumah.
Sekarang,Allesa sudah rapi dengan pakaian modis yang melekat ditubuhnya. Tanpa menggunakan masker, iabergegas pergi ke mall. Beberapa orang menatap heran ke arah Allesa karena tidak menggunakan masker. Allesa menyadari itu.
“Ah, biar sajalah, sakit tinggal dirawat. Toh, nanti Ayah bisa menyembuhkanku.” Gumam Allesa.
Saat ini,Allesa hanya memikirkan kesenangan dirinya sendiri sehingga ketika hari menjelang malam pun ia sampai tidak sadar. Waktu sudah hampir larut tetapi Allesa malah baru mengangkat kakinya keluar dari mall besar itu. Begitu ia sampai dirumah,Allesa terkejut bukan main saat tahu kalau Ibunya sudah pulang.
“Allesa kamu habis dari mana?”Tanya Ibu yang sudah pulang bekerja.
“Habis dari rumah teman, Bu.Aku ngerjain tugas”tukas Allesa berbohong sambil menggaruk kepala yang tidak gatal. Kemudian, Ibunya melihat pak Joko, supir yang tadi mengantar Allesa ke mall datang sembari menenteng belanjaan Allesa. Allesa merutuki kecerobohannya dan juga supirnya dalam hati.
“Astagfirullah Allesa,sudah dibilang sama kamu jangan keluar rumah!” Ucap Ibu dengan geram.
“Aku bosan di rumah! Buat apa di rumah terus? Lama-lama bisa jamuran, Bu.” Keluh Allesa.
“Allesa dirumah memang membosankan,tapi ini semua demi kamu juga. Kamu kan tahu Allesa, diluar sana banyak orang yang berusaha mati-matian untuk terhindar dari virus yang sedang mewabah ini! Sudah banyak yang meregang nyawa karena virus ini Allesa! Ayahmu saja tidak bisa pulang karena harus berjaga di rumah sakit dan menolong banyak pasien. Ayah sedang melakukan yang terbaik, kamu malah bersenang-senang. Apakah kamu tidak sayang dengan ayahmu?” Tutur Ibu sekali lagi
Allesa menunduk, ia sedikit termenungapa yang dibicarakan Ibunya. Ia baru tahu kalau penyakit yang disepelekannya selama ini rupanya bisa menghilangkan nyawa seseorang. Allesa pikir virus yang tengah mewabah saat ini hanya virus biasa seperti flu, hanya dengan meminum obat bisa langsung sembuh
“Tapi aku cuma mau…”
“Diam! Cepat masuk ke kamar.” Bentak Ibu. Allesa seketika menjadi membisu. Ia pun ke kamar dengan wajah yang muram dan perasaan kesal. Ia berpikir bahwa hal ini sepele dan Ibu tidak perlu marah berlebihan.
Tik.. tok.. tik..tok
Bunyi detak jam memecah keheningan. Udara dingin menyelimuti malam. Bulan memancarkan sinarnya dengan sendu dengan ditemani gemercik hujan Waktu terus berlalu dan setiap insan sudah memejamkan matanya, begitu pun dengan Allesa. Setiap orang menantikan hari baru.
Lailahailallah…
Lailahailallah…
Sayup-sayup, suara tahlil terdengar di telinga Allesa membuatnya membuka mata. Samar isak tangis terdengar membuat ia menuju sumber suara tersebut. Ia berjalan pelan sambil sesekali mengusap matanya.
“Ada apa sih?” Ucapnya
Tubuhnya membeku seketika, menatap pemandangan di hadapannya. Beberapa orang berbaju hitam sedang duduk bersila membaca doa di depan kotak kayu berwarna coklat. Allesa terdiam dan berusaha untuk mencerna situasi yang ada.
Tatapan tak percaya tergambar jelas di wajahnya. Ya, ada sebuah peti mati dengan hiasan bunga beserta foto sang ayah. Di dekat peti, ada Ibu yang terduduk lesu dengan wajah sembap. Ibu menatap nanar Allesa yang sedang mendekat. Pelan-pelan Allesa mendekati peti mati ayahnya yang sudah tertutup rapat.
“Ayah sudah tiada.” Tutur Ibu dengan suara lirih namun begitu menusuk di hati Allesa.
“A--yah?” Tanya Allesa sambil mengusap lalu memeluk peti mati Ayahnya. Ia masih tidak percaya. Ayahnya meninggal akibat kelelahan bekerja.
“Ikhlaskan.” Lirih Ibu sekali lagi.
Tangis Allesa pecah. Dadanya terasa sakit seolah terhunus ribuan panah. Ia menyesali sikapnya selama ini yang selalu membangkang perintah orang tuanya dan mementingkan egonya sendiri. Bagai pemutaran film, ia teringat kenangan sekaligus kesalahan yang dia perbuat pada Ayahnya.
“A—yah, bangun!” Isak Allesa.
Ucapan maaf belum sempat ia ucapkan apalagi ucapan sayangnya. Beberapa orang bersiap membawa peti mati ayahnya. Ibunya berdiri dan melepaskan pelukan Allesa dari peti mati ayahnya. Sempat Allesa memberontak tidak ingin beranjak. Namun, beberapa orang menarik Allesa untuk menjauhi peti. Mereka mengangkat dan membawanya. Sekali lagi, lafal tahlil dikumandangkan dengan keras.
Lailahailallah…
Lailahailallah…
Perlahan mereka menjauh dari padangan Allesa.
“AYAH!” Teriak Allesa. Ia pun terbangun dari mimpinya. Nafasnya terengah-engah sambil berderai air mata. Allesa takut namun bersyukur itu hanya mimpi.
Keesokan harinya, Allesa memberanikan diri untuk menghampiri orang tuanya yang duduk di ruang tamu. Ia memanggil Ibu dan Ayahnya dan memeluk keduanya. Mereka terdiam, bingung dengan perilaku Allesa.
“Maafin Allesa yang keras kepala ini, Allesa janji akan berubah jadi tidak egois, Allesa juga janji akan selalu menuruti kata kalian. Allesa sayang Ayah dan Ibu. Kalian harus selalu sehat.” Ucap Allesa sambil menangis, tanda menyesal.
Melihat anaknya meminta maaf membuat orang tuanyamemeluk Allesa dengan erat. sambil mengelus puncak kepala Allesa dan juga Ibu akhirnya bicara.Semenjak mimpi itu,Allesa menjadi sadar atas semua kesalahannya. Ia sudah tidak lagi egois dan keras kepala. Sekarang, Allesa bahkan menuruti setiap nasihat orang tuanya. Allesa berjanji pada dirinya kalau ia akan membuang jauh jauh sifat buruknya yang dulu dan menggantinya dengan sifat nya yang lebih baik seperti sekarang. Mimpi itu menjadi titik sadar Allesa.
JANGAN EGOIS
Karya Rihhadatul Aisy Dhiya Ulhaq
Kelas : 7 KH Hasyim Asyari
Akui bumi sedang darurat
Akui bumi sedang tak sehat
Akui bumi butuh pertolongan
Akui bumi butuh perlindungan
Suasana tragis kini berkepanjangan
Sakit dan pilu sedang dipertontonkan
Nyawa sedang dipertaruhkan
Keringat darah bercucuran
Lihat dan perhatikan!
Pasang! Pasang kedua bola matamu
Tajamkan pendengaran telingamu!
Lihatlah saksama wahai generasi
Dengar wahai rakyat bumi pertiwi
Jangan kalian saling menyalahkan
Mari bersama genggam tangan.
Saling ingatkan untuk kebaikan
Taatlah pada himbauan dan aturan
Empati kini harus ditinggikan
Sedang ego harus dikikiskan
Diamlah dalam bilik penantian
Diamlah dalam bilik kelahiran
Jika tak bisa melawan dengan tangan
Rasa empati jangan sampai dihabiskan
Berdoalah terus kepada Sang Tuhan
Karena semua itu butuh perjuangan