Majalah Al Itqon

Bersikap Lembut Kepada Anak

User Rating: 0 / 5

Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive
 

Oleh Lia Amalia, S.Pd
Fasilitator Matematika

Agama Islam adalah agama yang mengajarkan tentang berperilaku lembut atau tidak kasar, apalagi sampai melakukan kekerasan yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Namun, lembut ini bukan hanya ditandai dengan suara yang pelan tetapi indah dalam bertutur kata maupun tindakan. Lembut menurut KBBI adalah baik hati (budi bahasanya), tidak pemarah, tidak kasar, halus dan lainnya.  Sikap lembut ini juga dijelaskan dalam Al-Qur’an, surah Ali Imran [3]: 159 yang berbunyi :

 

 

“Maka, disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Oleh karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila kamu telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada- Nya.” (QS Ali Imran [3]: 159).

Rasulullah SAW selalu mencontohkan sikap lemah lembut dalam mendidik anak-anak, karena bagi seorang anak kelembutan dapat menjadi kekuatan yang menggugah hatinya. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW juga bersabda: “Hendaknya kamu bersikap lemah lembut, kasih sayang, dan hindarilah sikap keras dan keji.” (HR Bukhari).

Menurut Mohammad Fauzi Adhim beberapa sikap lemah lembut antara lain:

  1.  Melunakan suara dalam bertutur kata.

    Allah Swt memerintahkan kita sebagai seorang muslim untuk senantiasa melunakan suara dalam bertutur kata. Hal tersebut terdapat dalam surah Al Lukman yang berbunyi:
                                           

    “Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (Lukman, {31}; 19).

  2. Lembut dan tegas tetapi tidak kasar

    Menurut Adhim, lemah lembut tidak menjadi penghalang untuk bersikap tegas, malah menjadi jembatan ketika ingin bersikap tegas. Hal ini bertujuan agar anak merasakan bahwa aturan ditegakkan sebagai bentuk konsistensi orangtua. Semua itu untuk kebaikan anak. Bukan karena orangtua seenaknya sendiri ataupun karena orangtua tidak suka kepada anak. Lembut dan tegas tidak bertentangan tetapi berkaitan. Kelembutan yang tidak disertai ketegasan adalah kelemahan. Ini yang menjadikan anak sulit belajar untuk bersikap konsisten. Sikap keras dalam hal prinsip yang ditegakkan dengan kelembutan memudahkan orangtua menempa mental anak. Saat menegakkan aturan dengan bersikap tegas atau pun tatkala memberi apa yang disukai anak, kita perlu bersikap lembut kepada mereka. Hilangnya kelembutan saat mendidik akan menghilangkan segenap kebaikan, meskipun ketika itu kita sedang mengajarkan agama.

    Dari Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang diharamkan baginya Rifq, diharamkan baginya kebaikan seluruhya.” (HR. Muslim). Dari beliau (‘Aisyah) radhiyallahu ‘anha juga, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Wajib bagimu untuk berbuat lemah lembut, berhati-hatilah dari sikap ‘anaf (keras dan kasar), sesungguhnya tidaklah sikap lemah lembut ada pada suatu perkara kecuali akan menghiasinya, dan tidaklah ia dicabut dari sesuatu, melainkan akan memburukkan perkara tersebut”. (HR. Muslim).

  3. Tenang, tidak reaktif

    Hal penting lainnya adalah mendidik dalam sikap al-hilm dan al-‘anah. Al-hilm adalah sikap tenang dan lembut berupa kemampuan yang bagus dalam mengendalikan diri. Ia menguasai dirinya bahkan ketika sedang marah, sehingga tidak tergesa-gesa bereaksi. Ketenangan itu menjadikannya mampu memilih tindakan yang terbaik dan paling membawa kemaslahatan. Ini sulit didapatkan ketika orangtua bersikap reaktif, bahkan impulsif, saat menghadapi kesalahan anak sehingga tindakannya cenderung tidak terukur.


Adapun ‘anah adalah sikap berhati-hati, tidak tergesa-gesa menentukan sikap kecuali setelah sangat jelas duduk permasalahannya. Ia baru mengambil keputusan setelah memperoleh pengetahuan yang mencukupi dan memadai. Perlu tabayyun ketika belum jelas baginya suatu persoalan, dan kadang harus disertai dengan tatsabbut, yakni memastikan maksud dari suatu tindakan maupun ucapan. Baik hilm maupun ‘anah, keduanya diperlukan untuk dapat menegakkan kelembutan (Rifq) dalam mengasuh anak.

Kelembutan akan melahirkan sikap percaya, rasa empati, ketenangan dan hubungan batin yang kuat antara orang tua, guru, atau temannya. Semoga Allah Swt selalu merahmati kita dengan kasih sayang dan keberkahan hidup.

 Sumber:

https://www.hidayatullah.com/kolom/meminang-surga/read/2017/11/24/128798/lembut-itu-ada-takarannya.html

Berita Populer